Tampilkan header

ads header

Orang Lani dan Tradisi Berkebun

Orang Lani biasanya hidup melalui penghasilan dari kebun. Nafas kehidupan orang Lani tersambung dengan kebun. Karena, dari kebun ada ubi, sayur, keladi, singkong, dan pisang. Hasil kebun membuat orang Lani tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat, kuat, pintar, berani, pandai, dan terkenal. Dari hasil kebun, orang Lani punya babi sehat dan gemuk.



(Gambar Dokumen Kosapa)

Di kebun, orang Lani menggangtungkan segalanya. Kerana itu, dalam berkebun orang Lani tidak pernah ceroboh, serakah, dan egois serta mementingkan diri sendiri. Orang Lani mempunyai filosofi hidup bahwa semua orang layak hidup dari penghasilan kebun itu. Oleh karena itu, sebelum berkebun, orang – orang Lani, terutama bagi laki – laki, harus berunding, berdialog, berbicara, berdiskusi, berdemotrasi, dan menyempakati dari hati ke hati di honai laki – laki.

Mereka selalu bertanya dengan pertanyaan seperti ini. 

Hutan mana yang harus kita dibongkar? Bagimana reaksi dari tetangga kita? Siapa – siapa yang harus kita libatkan? Siapa – siapa ibu janda dan anak piatu di kampung ini yang perlu mendapat bagian yang layak?

Pertanyaan – pertanyaan tersebut dipertimbangkan secara matang dan dijawab oleh masing – masing pendapat dan memikirkan. Hasil dari jawaban masing – masing itu dapat disatupadukan dan itu menjadi satu keputusan bersama, kepentingan bersama keuntungan bersama dalam membangun kebun baru. Setelah itu pilih pemimpin untuk komando semua proses membuka kebun baru  sampai panen hasilnya kemudian di sampaikan atau diumumkan kepada semua ibu – ibu dan anak – anak bahwa ada keputusan untuk membongkar hutan untuk membuat kebun baru. Keputusan itu biasanya disambut dengan gembira dan sukacita. Setelah itu pohon – pohon ditebang dan dibuat pagar keliling kebun itu. Mereka juga membakar hutan yang ditebang itu sebagai bagian dari proses pembersihan. Kemudian, mereka membuat patok – patok yang lebih adil, merata, dan jujur, supaya semua mendapat bagian.

Dalam pembagian itu, termasuk ibu – ibu janda dan anak – anak piatu diberikan bagian seperti yang lain. Kebun bagian untuk ibu – ibu janda dan anak – anak piatu itu dibuat secara gotong – royong oleh semua anggota kelompok dan diminta tanam sesuai dengan kebutuhan mereka. Baik ibu – ibu janda maupun anak – anak yatim piatu mendapat tempat yang terhormat dalam pandangan orang Lani, tidak ada perbedaan, tidak ada yang lebih istimewa. Mereka selalu hidup saling menghormati sebagai sesama manusia ciptaan dan gambar TUHAN.

Dalam mengorganisir pembuatan kebun sampai pada saat panen hasil, pemimpin harus bertanggung jawab bagi keberhasilan kebun itu. Semua orang yang mendapat bagian dan terlibat dalam kebun itu selalu menunggu petunjuk dan komando dan pemimpin. Komando didengar, ditaati, dan dihormati. Itulah nilai solidaritas dan kebersamaan orang Lani dalam kehidupan ekonomi.

Hasli dari kebun pertama  itu pemimpin arahkan semua kumpul kemudian ambil sebagian untuk taru persembahan untuk TUHAN. Dan sebagian besar mereka menikmati.

Bibit Ubi

Orang Lani sangat hebat dalam memilih dan memelihara bibit ubi yang unggul. Setiap kebun harus ditanami ubi jenis – jenis khusus, yang selanjutnya harus dipelihara, dilestarikan, dikembangkan, dan dilindungi. Orang Lani benar – benar mengenal nama – nama ubi itu. Mereka mengetahui ubi – ubi khusus untuk manusia dan yang untuk ternak atau babi. Ubi sebagai makanan pokok yang diberikan oleh TUHAN ini selalu dihormati sebagai sumber yang memberikan kekuatan, penghidupan, dan energi adapun di kalangan orang Lani jarang terjadi kelaparan karena mereka selalu membuka kebun dan menanam ubj secara teratur dan rapi.

Makan Bersama

Tadi di bagian topik membuka kebun telah dibahas masalah keadilan untuk mendapat bagian dalam berkebun. Nilai keadilan, kebersamaan hak dan kebersamaan derajat, adalah nilai – nilai hidup dalam orang Lani yang tidak boleh ditawar – tawar. Jika Anda melanggar nilai hidup ini, anda benar – benar dikucilkan dari kehidupan komunitas orang – orang Lani.

Makan bersama ( bakar batu ) adalah untuk membagi  hasil – hasil yang diperoleh melalui kebun, baik itu hasil jagung, ketimun, keladi, ubi, sayur, dan hasil – hasil kebun yang lain. Tujuan makan bersama adalah untuk membagi berkat kepada orang – orang yang belum mempunyai jagung, ketimun, keladi, ubi dan sayur – sayur dan terutama bagi ibu – ibu janda dan anak – anak yatim piatu. Walaupun dalam pembagian kebun para janda dan anak – anak yatim piatu sudah memperoleh bagian kebun, tetapi merupakan kewajiban dan tangung jawab orang – orang Lani bahwa mereka itu mempunya hak di tanah itu dan untuk mendapat bagian dati hasil tanah itu. Barangsiapa mengabaikan para janda dan anak – anak yatim piatu, bahkan menghina mereka, orang itu dinilai rendah martabat dan kehormatannya.

Makan bersama bukan saja dengan hasil ubi. Tetapi, hasil – hasil kelapa hutan, buah merah, kacang tanah, potong babi, juga boleh dimakan walaupun hanya untuk memberikan makan kepada semua orang sebagai satu komunitas orang Lani yang utuh. Dalam acara itu, para janda, anak yatim piatu, dan orang – orang yang sudah tua, selalu mendapat tempat dan perhatian.

Sebelum ada pembagian makanan yang sudah disiapkan terlebih dahulu makanan bagi kepada tua – tua rohani lalu bagi semua untuk makan bersama.


Sepi Wanimbo adalah Ketua Pemuda Baptis Di tanah Papua dan juga Anggota Forum Pemuda Kristen Di Tanah Papua


Sumber:

    Wanimbo, Sepi. Orang Lani dan Tradisi Berkebun. Sastra Papua: Kosapa, 2021. Dipublikasikan pada 8 Agustus 2021 di https://sastrapapua.org/2021/08/08/1350/

Posting Komentar

0 Komentar